Nikmatnya Jadi Pengangguran [Entrepreneur]
Di pagi hari yang sejuk, seperti biasanya saya bersama istri
mengantarkan ke dua putri kecil kami yang cantik dan lucu ke sekolah
mereka. Putri yang bungsu baru saja masuk ke TK A dan putri yang sulung
baru saja naik kelas 5 SD.
Setelah mengantarkan mereka sampai di sekolah, maka bebas tugaslah
kami sampai pukul 9.30. Yaitu saat kami harus kembali menjemput sang
putri bungsu di sekolahnya.
”Kita mau pergi ke mana sekarang, Yang?”, tanya istri saya dengan
lembut dan suara manja sesaat setelah kami masuk ke dalam mobil.
”Seperti biasa, sarapan pagi yuk. Mau sarapan dimana, Yang?”, jawab
saya dengan tersenyum sementara mobil kami meninggalkan tempat parkir.
”Yang, saya sedang ingin makan yamcha…”, jawabnya.
”Oke, Yang”, sahut saya sambil tersenyum.
Maka meluncurlah mobil kami melintasi jalan layang ke arah utara kota
Bandung. Kami menuju jalan Setiabudi atas, sebuah wilayah di kota
Bandung bagian utara yang berhawa sejuk pegunungan dekat Lembang.
Akhirnya saya membelokkan mobil kami memasuki komplek sebuah hotel
yang asri di jalan Setiabudi. Saya memarkirkan mobil kami di depan pintu
sebuah restoran yang terkenal dengan Yamcha-nya yang lezat.
Yamcha adalah makanan favorit kami berdua untuk sarapan pagi. Sambil
mendengarkan alunan lagu-lagu mandarin yang merdu, kami pun bersantap
pagi di teras restoran yang memiliki pemandangan indah.
Hisit kau goreng, ca sau pau, kay cak, bacang ketan, ubur-ubur telur
item, chao ceu fen kwo, ham soy kok, dan coctail tahu yang terhidang di
meja kami begitu menggugah selera makan. Apalagi ditemani chinesse tea
sebagai minumannya.
Menggunakan sepasang sumpit bambu kami menyantap makanan sepotong
demi sepotong dengan nikmat. Udara pagi pengunungan yang sejuk,
pemandangan yang indah, makanan yang lezat, alunan lagu yang merdu, dan
seorang istri yang cantik menemani sarapan pagi. Lengkap sudah,
kenikmatan yang dianugerahkan Tuhan pagi ini.
”Terima kasih Tuhan…”, kata saya dalam hati, mengawali doa sebelum kami mulai menyantap hidangan.
Sesekali diselingi dengan menghirup seteguk chinesse tea yang hangat
dan beraroma harum. Kami menikmati sarapan pagi sambil berbincang dari
hati ke hati. Terasa begitu nyaman sambil diiringi semilir angin sejuk
hawa pegunungan Bandung Utara.
Sudah sebelas tahun usia pernikahan kami, tidak membuat kemesraan
diantara kami berkurang. Sampai sekarang secara tidak disadari kami
masih saling memanggil dengan sebutan ”Sayang” atau ”Yang”, di mana pun
kami berada. Sama seperti saat kami baru bertemu dan masih dalam status
pacaran hampir dua puluh tahun yang lalu.
Tujuh tahun masa pacaran, lalu tunangan, ditambah sebelas tahun masa
pernikahan tidak membuat kemesraan kami berubah walau pun usia terus
bertambah. Hal yang cukup langka, kata banyak orang di sekitar kami.
Kami sendiri tidak menyadarinya sampai beberapa orang di sekitar kami
berkomentar demikian.
Setelah saya renungkan, ”Mengapa hal ini dapat terjadi pada kami?”.
Ternyata, salah satunya adalah karena kami memiliki cukup banyak
waktu untuk dinikmati bersama. Kami juga memiliki banyak waktu untuk
saling berkomunikasi satu sama lain. Kami memiliki banyak waktu untuk
menikmati kehidupan, mengantar-jemput anak kami ke sekolah, melakukan
hobby kami, dan berbagai kegiatan lainnya yang menyenangkan.
Sementara banyak pasangan suami istri yang kehilangan begitu banyak
waktu untuk bersama karena berbagai kesibukan kerja yang harus
dilakukan. Kami dapat menikmati kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan
kepada kami. Mungkin hal itu juga yang merupakan salah satu faktor yang
membuat kami selalu tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya.
Mengapa kami memiliki banyak waktu?
Karena kami bukanlah pekerja, tetapi kami adalah pengangguran! Tetapi
bukan pengangguran biasa, karena kami adalah pengangguran entrepreneur!
Kami memiliki beberapa usaha kecil yang telah dapat memberikan
passive income. Kami tidak harus turun tangan sendiri untuk mengerjakan
usaha tersebut saat ini. Tetapi beberapa usaha yang kami rintis beberapa
tahun yang lalu tersebut telah berjalan dengan sendirinya dan dapat
menghasilkan income secara terus menerus untuk kami. Inilah yang disebut
dengan passive income.
Walau pun passive income itu belum bisa membuat kami kaya raya secara
financial saat ini, tetapi telah dapat mencukupi semua kebutuhan kami
walau pun kami tidak bekerja. Sehingga kami tidak harus berjerih-payah
lagi mengejar materi untuk kehidupan kami sehari-hari.
Kebetulan, kami juga tidak pernah bercita-cita menjadi orang yang
kaya secara financial. Kami lebih memilih menjadi orang yang dapat
menikmati kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan dan menjadi ”kaya”
secara non financial, seperti kaya akan kebaikan, kaya akan sahabat,
kaya akan waktu bebas, kaya akan kebahagiaan, kaya akan keharmonisan,
dan kaya akan berbagai hal lainnya yang bersifat non materi. Karena bagi
kami, kekayaan materi hanyalah salah satu dari puluhan kekayaan yang
harus dimiliki setiap orang untuk dapat hidup berbahagia.
Coba anda bayangkan…
Jika saja lebih dari satu juta pengangguran di Indonesia dapat diubah
menjadi lebih dari satu juta pengangguran entrepreneur? Walau pun
entrepreneur skala usaha kecil, dampaknya bagi perekonomian Indonesia
akan luar biasa!
Jika banyak keluarga menjadi entrepreneur, maka akan muncul
keluarga-keluarga yang lebih sejahtera dan relatif lebih berbahagia
dalam kehidupannya. Mereka akan menghasilkan keturunan generasi penerus
yang lebih tangguh karena orang tua akan memiliki banyak waktu untuk
membimbing anak-anaknya.
Ingat, pilar sebuah bangsa adalah keluarga! Keluarga-keluarga yang
kokoh akan menghasilkan masyarakat yang luar biasa. Masyarakat yang luar
biasa akan membentuk bangsa yang hebat luar biasa!
Indonesia di masa mendatang memiliki harapan untuk menjadi bangsa
yang hebat luar biasa! Jika saja keluarga-keluarga kecil yang merupakan
elemen terkecil di masyarakat dapat menjadi keluarga-keluarga yang
kokoh. Dan hal itu bisa diwujudkan mulai dari keluarga anda!
Hidup hanya Sekali!
Masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua hanya dialami
sekali. Tidak dapat diulang dan tidak dapat dibeli. Oleh karena itu,
jangan sia-siakan waktu hidup anda hanya untuk bekerja, bekerja, dan
bekerja, seumur hidup mencari uang, uang, dan uang! Banyak hal yang
lebih berharga daripada uang, salah satu diantaranya adalah waktu. Uang
dapat dicari tetapi waktu tidak dapat dibeli.
Raihlah passive income! Itulah yang selalu saya ajarkan di Sekolah
Bisnis Gratis USB. Sekolah gratis kewirausahaan yang saya dirikan di
Bandung untuk membantu banyak generasi muda untuk belajar mendapatkan
passive income melalui entrepreneurship.
Jadilah entrepreneur! Bukannya pekerja! Itu kalau anda ingin
mendapatkan kualitas hidup anda lebih baik dan menikmati kehidupan ini
dengan lebih menyenangkan…
Saya dan istri saya bercita-cita untuk menciptakan lebih banyak lagi
generasi muda entrepreneur dalam waktu dekat ini sebagai solusi krisis
ekonomi global dan tingginya tingkat pengangguran sarjana. Oleh karena
itu kami bersepakat untuk menggunakan waktu kami yang banyak saat ini
untuk bekerja keras mewujudkan cita-cita kami. Kami akan membimbing
sebanyak mungkin generasi muda intelektual untuk menjadi entrepreneur
usaha kecil dan menengah.
Lebih dari dua ratus mahasiswa ITB, UNPAD, UPI, UNPAR, UNPAS, UIN,
Maranatha, dan berbagai universitas lainnya di Bandung yang saat ini
sedang kami bimbing menjadi entrepreneur secara gratis di Sekolah Bisnis
Gratis USB terasa masih belum mencukupi mengingat tingginya tingkat
penggangguran sarjana saat ini. Kami ingin membantu lebih banyak lagi.
Maka pagi ini kami memutuskan akan menerima permintaan-permintaan
membuka kelas kewirausahaan USB secara gratis di kampus-kampus beberapa
universitas di Bandung yang ingin bekerjasama dengan Sekolah Bisnis
Gratis USB. Walau pun untuk itu waktu kami akan tersita banyak, kami
ikhlas berkorban agar lebih banyak lagi tercipta generasi muda
entrepreneur. Mereka yang akan membentuk keluarga-keluarga yang kokoh di
masa mendatang dan menjadi generasi penerus bangsa ini. Kami berharap
agar mereka dapat menjadi generasi pemimpin dan pengelola negeri ini
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Demikianlah saya menyelesaikan sarapan pagi yang romantis bersama
istri tercinta karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat delapan
menit. Sekarang saatnya untuk kami pergi kembali ke sekolah menjemput
putri bungsu tercinta. Dan berarti selesai pula lah saya mengetik
artikel ini di komputer note book untuk langsung saya kirimkan via
mobile modem ke website populer yang akan menayangkannya.
Jari telunjuk saya menekan tombol ”send” bersamaan dengan satu tegukan terakhir chinesse tea yang nikmat.
*( Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor
Entrepreneur, Inspirator & Motivator, Software Engineer &
Information Technology Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik
Bestseller “8 Langkah Ajaib Menuju ke Langit”] Penulis bisa dihubungi
melalui email victorasih@yahoo.co.id atau kunjungi websitenya
www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com
LUAR BIASA !!!!!!!!!!!!!
BalasHapus